Dalam memahami Islam, bahkan sebagai seorang muslim, seringkali kita masih saja salah. Bahkan, kesalahan itu mungkin dianggapnya sepele, sehingga mungkin dirasakan tidak akan mengurangi pahalanya, atau tidak membawa dampak negatif didalam masyarakat. Padahal sejatinya, hal itu bisa membawa citra buruk bagi pelakunya, terlepas dari apakah, misalnya, ibadah shalat 5 waktunya sudah sangat hebat: tepat waktu dan selalu berjamaah di masjid.
Pernahkan kita melihat atau mengamati seseorang, entah itu tetangga dekat, saudara atau teman kita, yang ibadah wajibnya sangat hebat. Mari kita ambil contoh mengenai salah satu ibadah wajib shalat 5 waktu. Sebut saja si Fulan, demi mendengar suara adzan, dia tinggalkan itu seluruh urusan duniawinya. Dia bergegas mendatangi masjid dan mendirikan shalat dengan baik disana secara berjamaah dan tentu saja, tepat waktu. Bahkan, waktu sebelum adzan pun, kira-kira 15 menit sebelum adzan berkumandang, Fulan biasanya sudah hadir didalam masjid, dan berdzikir sembari menunggu adzan dikumandangkan.
Hal ini dilakukannya secara sempurna, dengan kata lain hampir-hampir untuk 5 kali shalat wajib sehari semalam, dia selalu melakukannya dimasjid dan berjamaah. Bukankah memang hal seperti ini yang diperintahkan Allah SWT untuk mendirikan shalat? Bukankah para malaikat akan terus mendoakan si Fulan sejumlah langkah kaki yang diayunkannya menuju masjid? Bukankah Rasullullah Muhammad akan dengan gampang memberinya syafaat nanti dihari kiamat?
Pendeknya, untuk urusan ibadah vertikal kepada Allah SWT, Fulan adalah nomor 1! Tiada banding, tiada tanding. Apalagi, ditunjang dengan penampilan jenggot lebat, kopiah putih mengkilat, busana muslim yang aduhai, sarung merek terkenal dan tasbih yang senantiasa melingkat di tangan, sempurnalah ia sebagai hamba Allah SWT yang kelihatan paling bertakwa.
Namun, tunggu dulu...Ternyata, ibadah vertikalnya yang sangat hebat itu, tidak diiringi dengan kehebatannya dalam urusan ibadah horizontal kesesama manusia.
Lihatlah apabila si Fulan mengucapkan janji. Dia berjanji bahwa besok pekerjaannya akan selesai, tapi ternyata besoknya belum selesai. Lusa dan hari ketiga juga masih belum, dan baru pada hari keempat selesai. Terkadang, ucapan maaf ringan sempat terlontar dari bibirnya, namun kadangkala juga, untuk ketidaksesuaian janji yang lainnya lagi, ucapan maaf pun sama sekali tak terucap.
Mungkin dia merasa: "Ah, shalat saya kan sudah hebat: Selalu tepat waktu dan selalu berjamaah dimasjid. Apalagi, saya juga selalu tidak lupa untuk berdakwah ke keluarga dan tetangga, akan pentingnya shalat 5 waktu. Pahala saya pasti sudah menumpuk. Jadi, obral-obral janji namun tidak selalu ditepati, boleh dong.."
Atau, si Fulan bisa menjadi seseorang yang sangat menjengkelkan. Merasa dia adalah salah satu ketua kampung, misalnya, dan demi mendapati kursi terdepan sudah terisi penuh oleh undangan lain karena dia sendiri datang paling telat, si Fulan menggerutu dan mulai tidak ikhlas. Diproteslah panitia karena dinilainya sengaja 'melecehkan' dirinya. Padahal, panitia sama sekali tidak melecehkan, justru Fulan sendirilah yang melecehkan panitia dan penduduk kampung, karena datang sangat telat tanpa pemberitahuan.
Lagi-lagi, si Fulan merasa sama sekali tidak ada masalah, mengingat ibadah vertikalnya sudah sangat hebat: selalu shalat di masjid dan selalu berjamaah. Sehingga, perilaku-perilaku 'kecil' seperti dicontohkan diatas seakan dirasa tidak mengganggu, dan pahalanya tetap sebesar gunung tidak berkurang sedikitpun.
Nah, pernahkah kita melihat atau mengamati orang yang seperti itu? Kalau pernah, kita harus banyak istighfar, dan berdoa kepada Allah SWT semoga kita tidak menjadi hamba yang seperti itu.
Ingatlah akan firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)” [Al-Baqarah : 208].
Itu artinya kita diperintah untuk total dalam beribadah. Ibadah vertikal baik, ibadah horizontal juga tidak kalah baik. Berdialog dengan Allah SWT baik, bermuamalah dengan sesama manusia juga tidak kalah baiknya.
Kita boleh dan harus selalu menjaga shalat 5 waktu kita, sebaik apa yang dilakukan si Fulan diatas. Namun, hendaknya, itu tidak membuat menurunkan kualitas ibadah kita kesesama manusia.
Semoga kita senantiasa diberi Allah SWT teguran apabila kita salah, dan senantiasa diberi kekuatan dan kemudahan urusan untuk menjadi benar. Amin.
*from http://www.muslimbusana.com
0 komentar:
Posting Komentar