Entah dari mana asal muasal cerita dalam kisah dibawah ini, yang saya sadarkan adalah banyak makna yang tersimpan didalamnya, antara harta dan sebuah cinta. Mudah-mudahan manfaatnya bisa diambil dalam mencurahkan kasih dan sayang terhadap anak-anak kita dirumah seterusnya dan seterusnya.
Gadis kecil berusia empat tahun itu sedang asyik mencoret-coret tanah di pekarangan rumahnya, sementara pembantu yang menjaganya menjemur pakaian. Beberapa waktu kemudian, dewi si gadis kecil menemukan paku berkarat dan memakainya untuk menggambar. Kemudian Dewi berjalan ke garasi dan mulai menggoreskan paku itu di sedan hitam yang baru dibeli Ayahnya. Dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan sedan itu.
Sore harinya, ketika ayah dan ibunya pulang, dengan bangga Dewi menarik tangan Ayahnya untuk memperlihatkan hasil karyanya sendiri di garasi. Pemandangan di garasi itu dengan cepat memompa emosi si Ayah dan karena lepas kendali, ayahnya memukul tangan Dewi dengan mistar. "Ampun Yah ... Ampun Yah..., itulah jeritan yang keluar dari mulut Dewi tapi jeritan ini tidak dihiraukan oleh Ayahnya. Setelah merasa puas, Ayahnya berhenti dan menyuruh pembantu utnuk mengurusi Dewi yang baru saja didisiplinkan tanpa pembelaan sang Ibu.
Tangis yang panjang melelahkan Dewi dan ia pun tertidur. Ketika pembantu memandikannya, dari awal sampai selesai mandi Dewi menangis karena rasa perih di kedua tangannya. Ketika si pembantu memberitahu majikan, mereka hanya menyuruh untuk mengoleskan salep.
Keesokkan harinya mereka bekerja seperti biasa, sementara tangan Dewi mulai membengkak. Saat si pembantu menelepon nyonyanya, ia kembali diperintahkan untuk mengoleskan salep dan memberi obat demam. Hari berganti dan suhu badan Dewi mulai naik, namun kedua orang tuanya tidak serius mengobati tangan Dewi sampai suatu hari suhu tubuh Dewi sangat tinggi.
Dengan panik mereka pun membawa Dewi ke rumah sakit. Diagnosa dokter, Dewi demam diakibatkan oleh luka-luka di tangannya. Setelah di opname selama satu minggu, akhirnya dengan berat hati dokter memberitahukan kondisi Dewi. "Tangannya yang bernanah telah membusuk. Untuk menyelamatkan Dewi maka kami harus mengamputasi tangannya."
Berai air mata dan penyesalan yang tak ada habis-habisnya silih berganti, Ayah dan Ibu Dewi dengan berat hati menandatangani surat persetujuan untuk dilakukannya operasi. Dewi dioperasi dan setelah ia siuman dengan menahan rasa sakit di tangannya ia berkata, "Yah, Dewi enggak akan nakal lagi Yah. Dewi sayang sama Ayah, sama Ibu, tapi Yah, tolong kembalikan tangan Dewi yah. Kalau engga, boleh enggak Dewi pinjam aja Yah, Dewi janji enggak akan mengulanginya, Dewi enggak akan nakal lagi Yah. Ayo Yah, kembalikan tangan Dewi"
Semua orang yang ada di ruangan itu membisu, hanya isak tangis dan derai air mata yang berbicara mewakili kesedihan dan penyesalan mereka.
Pesan Admin:
Efek yang ditimbulkan oleh amarah dan kehilangan kendali adalah rasa sakit dan rasa bersalah. Dalam sebuah keluarga, kesalahan seorang anak berpotensi meningkatkan dan memacu emosi orang tua, namun seharusnya orang tua harus sudah mempersiapkan diri dengan penguasaan diri, tingkat sabar yang tinggi sehingga dapat mendidik anaknya tanpa meninggalkan luka.
Pepatah cinta bilang "emosi adalah kecepatan lidah bekerja daripada pikiran, panasnya hati hanya akan menyeret kita jatuh kedalam perbuatan sesal dan lahirlah penyesalan"
Pada merekalah kita memberikan cinta, pada merekalah kita mengusir akan lelah bekerja. Ingatlah harta hilang slalu bisa dicari dan akan terganti, pada cinta yang hilang, ia tak akan pernah kembali.
DL_journy
0 komentar:
Posting Komentar